Selasa, 10 Juli 2012

Bernard Agapa Papua News:

Perjalanan rakyat Papua telah 43 tahun pasca PEPERA 1969 yg penuh manipulasi, bersama Indonesia makin carut-marut, ribuan rakyat Papua telah dibantai dan jadi korban.
Ruang demokrasi utk menyampaikan aspirasi makin tertutup di Papua, konflik seolah dipelihara oleh aparat militer. Kekerasan terhadap rakyat papua mulai diarahkan ke kriminal dan juga penerapan politik adu domba 'Devide Et Impera' yang pernah diterapkan Belanda di jawa selama 350 tahun. TNI di Papua sekitar 17.000 personil Dan dibalik itu militer menjalankan bisnis gelapnya, tanah dirampas, perempuan diperkosa, aktivis diculik bahkan dibunuh, dan semua ini menunjukan krisis kemanusiaan (genosida).
Tanah adat dijadikan eksplorasi hasil alam oleh Jakarta tanpa memperhatikan rakyat Papua, begitu pula tuntutan rakyat Papua Merdeka/Referendum kepada Indonesia tahun 2001 menghasilkan Otsus, namun saat ini kegagalan Otsus dijawab dgn UP4B dan membenarkan Referendum/Merdeka. Artinya semua ini adalah kepentingan Jakarta maka, rakyat Papua bukan sapih perah maka ada hanya 1 kata Lawan!! Dan berhak menentukan nasib sendiri sesuai dengan Konvenan Internasional Sipil dan Politik yg Indonesia sendiri ratifikasi tahun 2005.
Terkait itu rakyat Papua yg tergabung dalam National Papuan Solidarity Akan mengadakan aksi Nasional pada tanggal Senin, 16 Juli 2012. Serempak di berbagai Kota di Jawa (Jakarta, Bandung, Semarang dan Jogja)

Maka mari sadar, bersatu dan Lawan!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bele fo ita bo'ot sira nia komentario iha ne'e.